Sabtu, 04 Mei 2013

Beribu Simpati untuk Korban Kerja Paksa di Tangerang

Hal yang cukup mengejutkan ketika kami mendengar kabar dari KontraS bahwa mereka telah menyelamatkan 28 orang di Tangerang yang diduga korban penyekapan berkat laporan dari 2 orang mantan korban yang telah berhasil melarikan diri.

Sungguh ironis ketika kita dan banyak teman-teman berteriak dan juga bersusah payah menyuarakan keselamatan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri. Harapan kita sangat tinggi agar para saudara-saudara kita yang mencari sesuap nasi di negeri orang itu dapat diperlakukan dengan baik. Tetapi, justru saudara-saudara kita yang notabene merupakan satu bangsa justru tega memperlakukan hal kejam seperti itu. Ya, perbudakan itu nyata ada di depan kita, bahkan dilakukan oleh sesama rakyat Indonesia.

Pola penyekapan ini dapat dibilang mempunyai pola yang sama dengan apa yang sudah terjadi sebelumnya dan sering kita sebutkan. Telepon genggam dan semua alat komunikasi mereka disita sehingga korban tidak mempunyai celah untuk berhubungan dengan dunia luar, penyiksaan dan ancaman kerap dilakukan untuk memberi tekanan pada korban untuk tidak melarikan diri dan semua itu dilakukan atas dasar tujuan komersil. Tapi diluar itu, ada beberapa hal yang akan kita coba soroti disini, yaitu bagaimana keberanian dari Andi (20) dan Junaedi (19) yang berhasil melarikan diri dan juga bagaimana seharusnya kita membuka mata terhadap hal-hal seperti ini.

Tidaklah mudah mengambil keputusan untuk melarikan diri dengan resiko babak belur dan dengan kemungkinan tertangkap yang besar. Namun pada nyatanya, hal tersebut lah yang dilakukan oleh Andi dan Junaedi. Hal ini yang mungkin harus kita pelajari lebih dalam untuk bagaimana keluar dari kondisi seperti ini. Puji syukur proses pelarian diri ini tidak menyita korban. Di waktu depan, mungkin kami akan mencoba mewawancarai salah satu dari mereka, karena bagaimanapun pengalaman adalah pelajaran yang sangat berharga. Dan semoga dari kejadian ini kita seharusnya tahu apa yang harus kita lakukan jika berada dalam kondisi seperti ini.

Yang kedua adalah bagaimana seharusnya kita membuka mata terhadap hal-hal seperti ini. Sangat disayangkan ketika masyarakat sekitar tidak bereaksi terhadap adanya penyekapan ini. Kami belum mendapatkan informasi yang pasti apakah masyarakat memang tidak tahu akan adanya penyekapan ini ataupun mereka lebih memilih diam dan tidak melaporkan. Tetapi yang pasti, seharusnya kita tidak mempunyai alasan untuk membiarkan peristiwa seperti ini terjadi. Bagaimanapun, hal seperti ini bukanlah hanya perkara yang hanya harus diurus oleh kepolisian, Ormas HAM ataupun pemerintah, melainkan kita semua. Ya, kita semua. Apapun alasannya, praktek perbudakan ataupun kekerasan seperti ini harus dihentikan. Dan mungkin salah satu cara termudah yang bisa kita lakukan adalah, pedulilah pada sekitar dan laporkan sesegera apabila terdapat hal yang patut dicurigai.

Dalam tulisan ini, kami segenap FightBDG, menyematkan rasa simpati pada korban. Yang hanya bisa kita lakukan adalah mendoakan proses penyembuhan trauma dan juga luka fisik akibat penyiksaan bisa lekas terjadi. Dan semoga keadilan bisa terpenuhi dengan baik, salah satunya adalah sang pelaku dijerat dengan hukum seadil-adilnya

Dan yang harus kita ingat adalah lingkungan kita, tanggung jawab kita.





Sumber diambil dari rilis pers KontraS: http://www.kontras.org/index.php?hal=siaran_pers&id=1701